oleh

Putera Dairi, Lamseng Saragih : Menggebrak Perpolitikan Nasional

JAKARTA, RP – Setelah membuat gempar Jawa Timur, Lamseng Saragih, Putera Dairi kelahiran Sidikalang 55 tahun yg lalu, yg sedang pulang kampung sejak Jumat 13 Juli 2018, dalam pertemuannya dengan Rekan-rekan Media bercerita banyak tentang Lamseng Saragih Wakil Presiden RI 2019.

Kepada awak media, sosok yang mengabdi sebagai PNS Pemkab Banyuwangi sejak 1994, menyampaikan bahwa hal tersebut sudah mulai dipublikasikan di kalangan terbatas sejak 5 tahun yang lalu, dan dirancang bersama jaringannya sejak tahun 2000.

Dia bercerita banyak kenapa namanya santer disebut “layak dan sangat pas” masuk dalam wacana bakal kandidat Wakil Presiden RI 2019, selengkapnya berikut ini..

Siapakah sebenarnya sosok Lamseng Saragih..?

Lamseng Saragih adalah Putra Batak yg sudah 30 tahun tinggal di Banyuwangi Jawa Timur. Selain sebagai PNS, selama di Banyuwangi, sangat dikenal di kalangan aktivis LSM dan Media, karena integritas, konsistensi dan eksistensinya dalam Gerakan Pemberantasan Korupsi, Membela Hak-hak Rakyat yg ter-Aniaya, Aktivis Lingkungan, Pionir Penanggulangan Sampah dan sangat aktif dalam program Pemberdayaan Masyarakat dengan konsep Ekonomi Kreatif Kerakyatan dan Koperasi.

Wacana menjadi Wakil Presiden RI 2019, mulai didiskusikan bersama dengan jaringannya yg terdiri dari teman-teman sekolah dan kuliah, serta teman-teman bisnisnya, mulai dari tahun 2000 dan mulai dipublikasikan lima tahun silam, tepatnya tahun 2013.

“Artinya, wacana tersebut tidak dimunculkan secara mendadak,” tegasnya.

Lamseng Saragih melanjutkan, “Visi saya adalah Indonesia Jaya,” tegasnya.

Sementara itu, misinya adalah :

1. Mengubah Sampah jadi Berkah (semua sampah dijadikan uang)

2. Mengubah Desa tanpa APBDes

3. Ekonomi Kerakyatan

4. Memberantas korupsi tanpa menghakimi (tanpa Pengadilan)

5. Mengubah Institusi tanpa Instruksi

6. Mengubah Negeri dari Rumah Sendiri dan

7. Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri (solusi dan jawaban untuk para Pengkritik Presiden Jokowi terkait Tenaga Kerja Asing khususnya serbuan TKA China.

Diakui, visi-misinya pasti mengundang tanda tanya. Beda dengan yang lain. Tetapi, menurutnya, dirinya sudah membuktikan dan bisa.

Artinya bukan lagi sekadar janji tapi BUKTI!.

“Bukti-buktinya nanti kita tunjukkan ke Publik,” katanya.

Bagaimana perjalanan hidupnya selama ini..?

Lamseng Saragih lahir di Sidikalang Dairi, Sumatera Utara. Di kota kelahirannya itu juga dia menempuh pendidikan SD, SMP, dan SMA. Sejak SMP hingga SMA, dia selalu terpilih sebagai ketua kelas. Saat SMA, Lamseng juga aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Menunjukkan leadership yang sudah mulai tampak sejak kecil. Bahkan semakin terasah dan berkembang seiring pembelajaran berorganisasi di bangku sekolah.

Tergolong sebagai siswa yang cerdas. Mendapat julukan genius dari teman-teman sekolahnya, karena selalu meraih prestasi ranking 1 atau 2. Masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1982 tanpa tes dan memilih jurusan Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama kuliah, aktif dalam organisasi GMKI, yang termasuk dalam kelompok Cipayung. Dan banyak berdiskusi dengan para tokoh Angkatan ‘66, antara lain Akbar Tanjung, Cosmas Batubara, dan sejumlah tokoh (negarawan) lainnya.

Lulus sebagai Dokter Hewan (Drh) pada tahun 1988. Langsung berkarir di BULI (Berdikari United Livestock), importir Sapi Perah, anak perusahaan Berdikari Group, hingga tahun 1990.

Pada tahun 1991-1993, bergabung dengan Gudang Garam Group.

Pada tahun 1994, atas permintantaan Istrinya, mendaftarkan diri menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Mengikuti tes penerimaan calon PNS, lulus dan diterima tanpa KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).

“Selama menjadi PNS sampai sekarang, saya tidak pernah mau dan tidak pernah ikut menangani proyek supaya tidak terlibat korupsi, sehingga bisa dikatakan nol korupsi,” tuturnya.

Beberapa kali ditawari promosi jabatan, dia selalu menolak. Bahkan lebih memilih tetap sebagai pejabat terendah eselon 4, agar tetap terhindar dari KKN.

Selama menjadi PNS, dikenal sangat vokal. Beberapa kali memimpin unjuk rasa menentang kebijakan Bupati Banyuwangi.

Seperti pada masa pemerintahan Bupati Ratna Ani Lestari, unjuk rasa dg ratusan PNS menolak kesewenang-wenang Bupati dalam memutasi pejabat Pemkab Banyuwangi.

Pada masa Bupati Abdullah Azwar Anas, berunjuk rasa bersama universitas swasta se Banyuwangi menolak kelas jauh Universitas Airlangga, karena dinilai melanggar undang-undang.

Unjuk rasa pro rakyat juga pernah dia lakukan di depan kantor Pemkab dan DPRD Banyuwangi. Saat itu, Lamseng memimpin unjuk rasa petani Wongsorejo, salah-satu kecamatan di Banyuwangi yang menuntut hak atas tanah yang dikuasai oleh pengusaha perkebunan.

Dia juga menjadi tokoh utama mendampingi warga Kelurahan Bulusan, Kecamatan Kalipuro, dengan membentuk Forum Masyarakat Bulusan Cinta Lingkungan (Formas BCL), dan sukses menolak pendirian pabrik Indocement.

Berbagai kiprahnya menunjukkan bahwa Lamseng Saragih bukanlah seorang yg hijau dan orang baru dalam berbagai aktivitas politik dan kemasyarakatan.

Perjalanan hidupnya selama ini menggambarkan sosok yang memiliki integritas, konsisten, jujur, dan leadership yg diakui oleh orang-orang di sekelilingnya.

Selama berkarir sebagai PNS di Pemkab Banyuwangi, dirinya tetap membangun komunikasi dengan para elit politik di Jakarta. Kebetulan di antara mereka adalah teman-teman SD, SMP, SMA, dan teman-teman kuliah dan jaringan alumni IPB.

Juga teman-temannya di berbagai ormas, parpol, dan pejabat eksekutif maupun legislatif.

Dia juga terlibat dalam gerakan Reformasi ’98 dan tetap berjejaring dg aktivis ’98 sampai dengan sekarang.

Semua tidak terekspos dan tidak diekspos, karena status saya masih sebagai PNS,” ujarnya.

Menikah dengan seorang  Putri Jawa kelahiran Jember, besar di Banyuwangi.

Istrinya masih ada hubungan darah dengan Kraton Jogja, melalui garis ayah dan ibu asal Singosari, Malang.

Memiliki 2 orang anak, Putri pertama adalah Sarjana Ekonomi alumni Universitas Negeri Jember (Unej), kini berkarir di Bank BRI. Sedangkan putra kedua baru kuliah di bangku semester 5 jurusan Sistem informasi.

Selama kunjungan di Tanah Kelahiran-nya, Sidikalang, bersama aktif berkomunikasi dengan teman-temannya Putera/i Dairi di Perantauan yg ada di Jakarta, Bandung, Surabaya, Papua dll seperti Dr. Ir Sabam Malau (Rektor Nomensen), Prof Dr Ir Hasan Sitorus, Togam Gultom (Ketua Yasardis), Anthony Limtan (Redaktur Analisa), Ir Toman Tobing, Sahat Sitorus (Dubes RI utk Timor Leste), Junimart Girsang (agt DPR RI), Lamhot Sihotang dan juga yang tinggal menetap di Sidikalang seperti Bernard Purba, Tagor Napitupulu (Ketua PPM Dairi), Richardo Lumban Tobing, Pandapotan Manik, Pangihutan Sitinjak, Anna Louwisa Sianturi (Kepala SMA 1 Sidikalang) rencana untuk mendirikan universitas di Dairi, pemberantasan korupsi, Pengentasan Kemiskinan, Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan Pariwisata, Penanggulangan masalah sampah dll, demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat  dairi.

(Rls)



Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *