oleh

Pemerintah Ambil Sikap Tidak Ada Fasilitasi Jemaah Haji Ibadah Sunnah Tarwiyah

ReferensiPublik.com >> Sebagian jemaah haji dari berbagai dunia menjalankan Sunnah Tarwiyah pada tiap proses penyelenggaraan ibadah haji. Sunnah Tarwiyah adalah berdiam di Mina pada 8 Dzulhijjah lalu menuju Arafah pada 9 Dzulhijjah. Jemaah yang akan melaksanakan Tarwiyah, berangkat dari hotel menuju Mina pada 7 Dzulhijjah.

Sunnah ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW riwayat Abu Dawud dan Ibnu Abbas. Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah SAW salat Duhur pada Hari Tarwiyah dan salat Subuh pada hari Arafah dari Mina.” Dari hadis ini diketahui, Rasulullah menunaikan salat Duhur, Asar, Magrib, Isya, dan Subuh di Mina pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah), lalu menuju Arafah sebelum matahari terbenam.

“Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan tidak melaksanakan tarwiyah, karena waktunya sangat pendek dan perlu energi yang sangat besar. Sehingga, berpotensi ada jemaah yang tidak bisa melanjutkan perjalanan atau kesulitan melaksanakan wukuf di Arafah,” terang Kepala Daker Makkah Subhan Cholid di Makkah, sebagimana dilansir MCH, Sabtu (27/07).

“Karena itu, pemerintah konsentrasi untuk memfasilitasi pelaksanakan wukuf di Arafah. Jemaah haji akan memulai perjalanannya mulai 8 Dzulhijjah langsung menuju Arafah,” sambungnya.

Menurut Subhan, pelaksanaan Sunnah Tarwiyah merupakan pilihan dan menjadi tanggung jawab masing-masing. Apabila itu pilihan pribadi, maka jemaah bertanggung jawab dengan dirinya. Jika dilaksanakan berkelompok, maka pimpinan rombongan bertangung jawab terhadap rombongannya.

“Kami sudah membuat surat edaran kepada semua Ketua Sektor pemondokan jemaah di Makkah, untuk disampaikan kepada para Ketua Kloter. Bahwa setiap jemaah atau rombongan yang akan melaksanakan Tarwiyah harus membuat pernyataan tertulis, bertanggung jawab baik terhadap pribadi maupun rombongan yanag akan dibawa melaksanakan Tarwiyah,” tegas Subhan

Kepada jemaah yang mengambil pilihan melaksanakan Tarwiyah, Subhan mengimbau untuk lebih waspada dan hati-hati. Sebab, penyelenggaraan haji tahun ini bertepatan dengan musim panas dan diperkirakan cuaca akan sangat terik.

“Proses ibadah haji memerlukan energi besar dan stamina prima. Imbauan kami, lebih prioritaskan yang rukun terlebih dahulu, lalu wajibnya, dan terakhir Sunnah,” tandas Subhan.

Dalam sejarahnya, Ibadah Tarwiyah dikaitkan dengan peristiwa mimpi Nabi Ibrahim AS yang diperintah menyembelih Nabi Ismail AS, anak kesayangannya dari Siti Hajar. Mimpi yang sama terulang pada malam kesembilan hingga Ibrahim yakin bahwa itu perintah Allah Swt. Karenanya, hari kesembilan disebut hari Arafah (mengetahui). Sehari berikutnya (10 Dzulhijjah), Nabi Ibrahim AS kembali bermimpi yang sama untuk kali ketiga. Sehingga, dilaksanakanlah perintah itu pada 10 Dzulhijjah pagi, dan itu disebut hari Nahar (menyembelih).(Ip)



Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *