oleh

Inpirasi Jual Jamu Gendong

ReferensiPublik.com >> Berjualan jamu gendong, sebelumnya tak ada dalam pikiran Tampi. Setelah menikah dengan Tarmuzi, ia hijrah dari Grobogan ke Jakarta.

Mereka kemudian mengontrak di kawasan Karangmulya, Karang Tengah, Tangerang. Dari pernikahan itu, penjual jamu ini dikaruniai dua orang anak perempuan.

Semua anak saya perempuan dan mereka sudah menikah. Mereka masing-masing punya tiga anak. Jadi, saya punya enam cucu. Anak saya pertama ikut sama saya, sedangkan anak kedua saya tinggal di daerah Serang (Banten),” jelas Tampi.

Salah satu anaknya, kata Tampi, menikah dengan pedagang jamu. Dari situ, Tampi disarankan untuk berdagang jamu oleh anaknya.

“Ya, sampai sekarang (saya dagang jamu),” tandas Tampi.

Usai berkeliling dari Karangmulya hingga Meruya Utara, Jakarta Barat, ternyata aktivitas lain menanti Tampi. Setelah istirahat sebentar, ia harus berangkat ke sebuah perumahan Bumi Permata Indah sekitar 200 meter dari kontrakannya.

“Saya kerja nyapu, bersihin taman, dan nyiram taman,” ungkap Tampi.

Ia bekerja sebagai petugas kebersihan sejak beberapa tahun lalu. Ia menggantikan pekerjaan itu akibat suaminya menderita penyakit diabetes.

“Saya gantiin suami saya karena sakit diabetes. Jadi, setiap hari saya sibuk kerja. Setelah dagang jamu, saya kerja bersihin taman dari pukul 13.00 sampai pukul 16.00,” ujarnya.

Dari pekerjaan itu, Tampi menerima sekitar Rp 2,9 juta. Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, termasuk untuk membayar kontrakan.

“Alhamdulillah, lumayan untuk menambah biaya hidup saya dan keluarga,” tandas Tampi.

(Liputan6)


Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *