oleh

Harga Sayur Mayur Anjlok, Riri: Segera Canangkan Program Swasembada

ReferensiPublik.com – Produksi yang melimpah dan persaingan dengan pemasok daerah lain menyebabkan harga komoditi pertanian Terong Ungu dan Timun mengalami penurunan drastis. Saat ini 2 komoditi ini hanya laku dikisaran harga Rp 600 per kilo ditingkat Gudang.

Berdasarkan data yang diterima di Gudang Sayuran di Kelurahan Talang Rimbo, untuk 2 komoditi penurunanya cukup tajam dari sebelumnya dikisaran Rp 1500 per Kilo ke angka Rp 600 per kilo.

Anggota Komite II DPD RI Riri Damayanti John Latief meminta untuk segera menanggulangi atas anjloknya harga terong dan timun tersebut. Menurutnya, anjloknya harga itu dapat merugikan petani.

“Saya minta anjloknya harga timun dan terong pemerintah segera menanggulanginya dan mencari akar abjloknya harga tersebut. Jangan sampai itu terjadi pada sayuran atau bahan pokok lainnya,” kata Riri Damayanti kepada media, Rabu  (20/11/2019).

Karena itu, Ketua Bidang Tenaga Kerja, Kesehatan, Pemuda dan Olahraga BPD HIPMI ini menyarankan pemerintah untuk mencanangkan program swasembada. Untuk hal ini, maka pemerintah harus memberikan subsidi bibit unggul dan pupuk bersubsidi sebagai langkah awal untuk mengembangkan pertanian yang ada di daerah.

“Tak hanya menjaga stabilitas harga, program swasembada juga akan menghentikan kebijakan impor yang selama ini merugikan petank,” ungkap Riri Damayanti.

Selain itu, lembaga dan sumberdaya manusia petani harus dikembangkan sesuai dengan penyediaan sarana dan prasarana yang modern dan berkualitas. Petani harus diberikan pendidikan sehingga bisa menghasilkan pertanian yang memiliki nilai jual tinggi.

“Dengan dukungan pemerintah terhadap petani, optimalisasi pengembangan sentra pembibitan dan pengembangan pertanian, maka harga hasil pertanian tidak akan fluktuatif seperti sekarang,” pungkas Riri Damayanti.

Sementara, Medi (43) salah seorang pemilik Gudang Sayuran di Kelurahan Talang Rimbo mengatakan, ada 2 faktor yang menyebabkan harga terong dan timun turun drastis yakni cukup membeludaknya produksi ditingkat lokal dan daerah lain.

“Rata rata hasil pertanian Rejang Lebong ini kan dikirim ke kota Palembang, Jambi dan kota Bengkulu. Nah untuk pasar Palembang yang palin banyak menyerap 2 komoditi ini juga turun karena pasokan dari Wilayah Lampung,” katanya.

(Ads)


Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *