oleh

Asdep dan BOB Gelar Rakor Evalusi Program Pariwisata

YOGYAKARTA. RP – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Asisten Deputi (Asdep) Bidang Koordinasi Infrastruktur Pelayaran, Perikanan dan Pariwisata, Rahman Hidayat bersama Badan Otorita Borobudur (BOB) terus melakukan sinkronisasi juga koordinasi pelaksanaan sejumlah program kerja dalam kewenangan BOB.

Salah satu upayanya melalui Rapat Koordinasi (Rakor) dalam rangka monitoring, evaluasi, dan sinkronisasi program/kegiatan di kawasan pariwisata destinasi prioritas Borobudur. Rakor ini dilaksanakan di Kantor Badan Pelaksana Otorita Borobudur, Yogyakarta, Jum’at kemarin (1/3).

Asdep Rahman mengatakan, Rakor ini bertujuan untuk monitoring dan evaluasi terutama terkait infrastruktur pendukung pariwisata yang ada di dalam kewenangan kawasan koordinatif Badan Otorita Borobudur.

“Kawasan koordinatif Badan Otorita Borobudur itu meliputi 3 kawasan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN), antara lain Borobudur – Yogyakarta dan sekitarnya, Solo – Sangiran dan sekitarnya, Semarang – Karimun jawa dan sekitarnya”, jelas Asdep Rahman.

Ada tiga topik pembahasan dalam rakor ini, yaitu pembangunan infrastruktur aksesibilitas, Progres Tukar Menukar Kawasan Hutan (TMKH) lahan otorita BOB, dan penataan kawasan ruang parkir dan pedagang di kawasan Candi Borobudur.

Menurut Asdep Rahman, progres pembangungan infrasutruktur aksesibilitas seperti jalan tol, jalan arteri, dan kereta api sejauh ini bergerak maju.

“Ditjen Perkeretaapian Kemenhub sudah melaporkan, untuk kereta api menuju ke lokasi Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) saat ini dalam proses penyiapan Stasiun Kedundang, namun sambil menunggu selesai untuk April nanti sudah menyiapkan akses sementara dengan menggunakan Stasiun Wojo, jaraknya sekitar 5,1 km yang kemudian disiapkan Shuttle Bus (yang terintegrasi dengan tiket Kereta Api) ke terminal Bandara”, jelas Asdep Rahman.

Tidak hanya itu, lanjutnya, nanti antara Bandara Adi Sutjipto – Bandara NYIA – Bandara Adi Sumarmo akan terkoneksi dengan kereta api. “Ditargetkan 2 tahun selesai untuk kereta api ini”, kata Asdep Rahman.

“Sedangkan untuk Jalan tol progresnya saat ini dilaporkan oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) masih menunggu desain final, trase mana yang akan disetujui dan dalam waktu dekat jika ini sudah selesai mereka akan melakukan lelang untuk operator jalan tol ini. ini langkah maju juga menurut saya”, ungkap Asdep Rahman.

Sementara itu, menurut Asdep Rahman untuk penataan kawasan ruang parkir dan pedagang di kawasan Candi Borobudur progresnya agak tersendat karena masalahnya sangat spesifik.

“Ternyata masalahnya hanya komunikasi langsung antara pengusul dalam hal ini PT.Taman Wisata Candi Borobudur dengan pejabat berwenang yang ada di Kabupaten Magelang. Namun kita sudah memastikan paling telat akhir Maret ini (desain teknis) sudah sampai di Kementerian ATR (untuk dapat diterbitkan rekomendasinya)”, katanya.

Rakor ini dihadiri pula oleh Direktur Utama BOB, Indah Juanita, Direktur Destinasi Pariwisata BPOB, Agustin Peranginangin, perwakilan Badan Pengatur Jalan Tol, perwakilan Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, perwakilan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional, Direktorat Lalu Lintas & Angkutan Kereta Api, perwakilan KLHK, perwakilan taman Wisata Candi Borobudur, Pemerintah Daerah Magelang, Pemerintah Daerah Kulon Progo dan Pemerintah Daerah Purworejo.

Progres Kawasan Otoritatif BOB

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BOB, Indah Junita mengatakan progres Badan Badan Otorita Borobudur (BOB) saat ini sudah meluncurkan satu destinasi wisata baru dengan luas 1,3 hektar di kawasan zona otoritatifnya yakni Glamping DeLoano dan Pasar Digital Menoreh.

Indah menjelaskan, Glamping DeLoano ini mengusung konsep Culture and Adventure. Ada 10 tenda inap masing-masing terdiri dari 6 kasur, satu buah tenda kelas VIP, satu tenda multifungsi, dan 1 tenda untuk kebutuhan konsumsi. Total sekitar ada sebanyak 60 orang yang bisa menginap di sana. “Di sebelah area tenda ini kita membuat area instagramable untuk dijadikan spot foto selfie”, katanya.

”Suasananya sangat menyenangkan, wisatawan bisa bersentuhan langsung dengan alam sekitar,” imbuhnya.

Menurut Indah, dengan hadirnya Glamping ini masyarakat setempat juga dilibatkan, untuk konsumsi acara kecil dapat dipesan dari masyarakat setempat, seperti rebusan-rebusan hingga makanan untuk makan siang dan malam.

“Jadi ini juga dapat menghidupkan ekonomi masyarakat sekitar Glamping DeLoano”, katanya.

Lokasi DeLoano Glamping dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dari kota Yogya dan berada tidak jauh dari Kawasan Pariwisata Desa Wisata Nglinggo, Kulonprogo.

(**)



Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *