oleh

Akibat Peralihan Lahan Regenasi Petani Makin Ciut

ReferensiPublik.com – Akibat dari peralihan lahan pertanian menjadi bangunan komersil dan regenerasi petani yang semakin lama berkurang menjadi perhatian yang harus dijawab dan diatasi segera.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Agustus 2019 tenaga kerja disektor pertanian (secara luas) mencapat 34,58 juta atau sekitar 27,33 persen dari total kerja seluruh Indonesia. Jumlah tersebut turun sekitar 1,12 juta tenaga kerja dibandingkan tahun lalu.

Anggota Komite II DPD RI Hj Riri Damayanti John Latief menyebutkan, kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan karena jumlah tenaga kerja semakin menurun dan dapat mempengaruhi ketahanan pangan nasional.

Senator Muda ini mengatakan, turunnya angka tersebut dipengaruhi oleh regenasi petani lama ke petani muda yang semakin ciut, sebab hal tersebut dianggap kurang menjanjikan.

“Kita harus menepis bahwa sektor pertanian kurang menjanjikan. Justru tanpa petani, kita tidak dianggap apa-apa oleh negara lain,” kata Riri Damayanti kepada media, Selasa (3/12/2019).

Wakil Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Bengkulu ini menjelaskan, pertanian adalah sektor terpenting dalam ketahanan pangan Indonesia.

Dulu, sambungnya, ketika Belanda menjajah bangsa kita karena rempah-rempah yang termasuk bagian dari sektor pertanian. Oleh karena itu sektor pertanian dianggap penting. Regenerasi dan mempertahankan lahan pertanian adalah hal yang harus segera dipikirkan bersama untuk mengatasi hal tersebut.

Sedangkan langkah pemerintah, dalam menanggulangi pekerja sektor pertanian dengan mencoba ingin menghadirkan program Pertanian Masuk Sekolah (PMS) adalah hal yang baik dan patut didukung oleh semua pihak.

“Langkah pemerintah ini sangat baik dengan mencoba menghadirkan program pertanian masuk sekolah. Karena ini akan memberikan pelajaran kepada kaum muda akan pentingnya sektor pertanian bagi negara kita dan ini patut didukung oleh semua pihak,” ungkap Riri Damayanti.

Namun, Ketua Bidang Tenaga Kerja, Kesehatan, Pemuda dan Olahraga BPD HIPMI Provinsi Bengkulu ini juga menyarankan, agar pemerintah tidak lupa dengan lahan pertanian yang kian lama menyempit. Untuk itu, harus ada tindakan bagaimana cara menanggulangi lahan pertanian yang kian menyempit ini.

“Kalau lahan semakin menyempit, lalu bagaimana para petani dapat bekerja? Ini harus kita pikirkan bersama, bagaimana cara kita agar peralihan fungsi lahan tidak terjadi lagi,” ungkap Riri Damayanti.

Sementara, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kuntoro Boga Andri mengatakan, pihaknya akan terus membangun ketahanan pangan. Salah satunya dengan program pertanian masuk sekolah.

Penerapan kebun sekolah pihaknya menganggap sangat menarik minat generasi muda di sektor pertanian yang dilakukan melalui program Pertaian Masuk Sekolah (PMS). Upaya Penerapan program Pertanian Masuk Sekolah (PMS) sebagai materi pembelajaran siswa dianggap penting untuk mengatasi masalah regenerasi petani.

“Langkah fundamental ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa sektor pertanian sangat menjanjikan sebagai sebuah profesi yang bisa menjadi hobi bagi kaum urban dan trendy sebagai gaya hidup modern,” kata Kuntoro.

Menurut Kuntoro, promosi dan proses edukasi ini perlu diinisiasi sejak dini melalui berbagai aktivitas pertanian berupa kurikulum kecakapan hidup (lifeskill) atau pembelajaran extrakulikuler di setiap sekolah.

(Ads)


Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *